|

The Department of Biology
Faculty of Mathematics and Natural Sciences Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) bekerja sama dengan Lembaga Kanker Indonesia mengadakan sosialisasi dini untuk pencegahan kanker pada Kamis, 30 Oktober 2025. Acara yang digelar di Aula Prof. Dr. G.A. Siwabessy, FMIPA UI, ini diikuti oleh 40 tenaga kependidikan FMIPA UI dan bertujuan memberikan informasi sedini mungkin mengenai kanker, gejala awal, serta langkah pencegahan yang efektif.
Kanker merupakan perubahan sel normal menjadi abnormal yang sering kali berawal dari tumor. Tumor sendiri terbagi menjadi dua jenis: tumor jinak yang pertumbuhannya lambat tetapi berpotensi berkembang menjadi tumor ganas, dan tumor ganas yang dikenal sebagai kanker.
Menurut Joshua Cahyo Mentari, S.K.M., “Kanker tidak muncul begitu saja. Sering kali dia berawal dari tumor jinak yang jika tidak ditangani bisa berubah menjadi tumor ganas. Itulah yang dinamakan kanker.” Faktor pemicu kanker cukup beragam, mulai dari genetika atau keturunan, paparan bahan kimia dan fisika seperti radiasi, hingga pola makan dan minuman yang salah atau mengandung zat karsinogen. Cara pengolahan dan penyajian makanan yang tidak tepat juga dapat meningkatkan risiko kanker.
Joshua menjabarkan gejala awal kanker prostat, antara lain sulit buang air kecil, sering buang air kecil dengan rasa sakit, sensasi tidak tuntas atau masih menetesi setelah buang air kecil, nyeri di bawah perut seperti turun perut, sakit di bawah punggung atau pergelangan paha, serta adanya darah bercampur air seni atau hematuria.
“Deteksi dini itu sangat penting. Pemeriksaan PSA dan Digital Rectal Examination bisa membantu mengetahui risiko kanker prostat sejak awal,” jelasnya, menambahkan bahwa nilai PSA ≤ 4,0 ng/mL menunjukkan risiko rendah, 4–10 ng/mL kemungkinan 25%, dan >10 ng/mL kemungkinan 67%.

Untuk kanker pada wanita, narasumber memaparkan risiko dan gejala secara rinci. Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks antara lain yang sering berganti pasangan, melakukan hubungan seksual di bawah usia 16 tahun atau menikah dini, serta tidak menjaga kebersihan alat kelamin. Sedangkan risiko tinggi kanker endometrium terdapat pada wanita yang tidak pernah melahirkan atau terlalu sering melahirkan. Gejala awal kanker rahim dapat berupa keputihan yang terus-menerus, keluarnya cairan kecoklatan bercampur darah setelah berhubungan intim, serta iritasi di sekitar alat kelamin.
“Saya menganjurkan setiap wanita dewasa melakukan pap smear setidaknya sekali dalam setahun,” tambah Joshua.
Untuk kanker payudara, wanita yang tidak menyusui setelah melahirkan, menyusui hanya satu payudara, atau mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi. Gejala awal kanker payudara meliputi munculnya benjolan, bintik-bintik atau kutil di kulit payudara, serta rasa gatal hebat di bagian luar maupun dalam payudara. Deteksi dini dapat dilakukan melalui mammografi dan pemeriksaan SADARI (Periksa Payudara Sendiri).
Joshua mengingatkan, “Kanker payudara tidak hanya dialami wanita, pria pun bisa terkena meski persentasenya hanya sekitar 9%. Kesadaran sejak dini tetap diperlukan bagi semua.”

Selain pemahaman mengenai gejala dan deteksi dini, narasumber menekankan pentingnya langkah preventif untuk menghindari kanker, baik dari luar maupun dari dalam tubuh. Pencegahan dari luar meliputi pola makan sehat dan teratur, konsumsi makanan berserat tinggi seperti buah dan sayur, menghindari makanan berlemak tinggi seperti gorengan dan makanan cepat saji, menghindari makanan dan minuman yang mengandung zat karsinogen, serta melakukan olahraga secara rutin.
Pencegahan dari dalam tubuh mencakup imunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh yang dilakukan tiga kali selama tiga bulan, serta konsumsi tumbuhan alami yang mengandung zat anti-kanker RIP (Ribosome Inactivating Protein). Beberapa tumbuhan yang direkomendasikan antara lain buah sirsak yang mengandung 35% RIP, dengan cara memeras saripati buah menjadi satu gelas dan diminum setiap hari selama satu tahun; benalu teh yang juga mengandung 35% RIP, dikeringkan, direbus secukupnya hingga air mulai mendidih, dan diminum setiap hari selama enam bulan; serta temu putih, jenis tanaman rimpang yang mengandung 95% RIP dan digunakan dari umbi yang pohonnya sudah mengeluarkan bunga merah, dikeringkan, dihaluskan menjadi serbuk, dan diseduh dengan air hangat satu gelas setiap hari selama tiga bulan.
“Konsumsi temu putih secara rutin selama tiga bulan bisa meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah kanker hingga 3–4 tahun,” jelas Joshua
Sedangkan untuk pengobatan kanker atau tumor, konsumsi dilakukan tiga kali sehari sampai sembuh secara laboratorium, kemudian dilanjutkan dengan pencegahan selama tiga bulan.

Di akhir acara, Lembaga Kanker Indonesia secara simbolis menyerahkan bibit temu putih kepada FMIPA UI untuk dapat dibudidayakan di kampus. Bibit tersebut diterima oleh Dr. Lukmanda Evan Lubis, M.Si., F.Med., Manajer Kerja Sama, Ventura, dan Hubungan Alumni FMIPA UI. Evan menyatakan, “Bibit temu putih ini akan kami tanam dengan baik di FMIPA UI. Semoga tumbuh subur dan bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.”
Acara sosialisasi ini menegaskan bahwa memahami teori kanker saja tidak cukup. Kesadaran dan konsistensi dalam menjaga kesehatan melalui pola hidup sehat, deteksi dini, dan konsumsi bahan alami yang mengandung zat anti-kanker adalah kunci pencegahan yang efektif.
FMIPA UI dan Lembaga Kanker Indonesia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran tenaga kependidikan dan masyarakat luas untuk menerapkan langkah preventif secara konsisten sehingga risiko kanker dapat diminimalkan.