|

The Department of Biology
Faculty of Mathematics and Natural Sciences Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) menggelar kegiatan UI Geoscience Seminar (UIGS) X STARBORN Mengajar 2025 dengan tema “Dari Bentang Alam ke Kebijakan: Kontribusi Geosains dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.” Acara yang berlangsung di Aula Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI Depok, Senin (3/11), menghadirkan Choirul Risman, S.Si., Staf Pengendali Dampak Lingkungan Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) sebagai pembicara utama.
Dalam paparannya, Choirul menekankan bahwa geosains memiliki peran vital dalam mendukung kebijakan nasional di bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Menurutnya, pemahaman terhadap karakteristik bentang alam, ekoregion, dan sistem geologi menjadi dasar bagi penyusunan kebijakan berbasis data ilmiah.
“Jika gosaintis bisa membaca masa lalu bumi, mengapa tidak kita gunakan kemampuan itu untuk menyelamatkan masa depannya?” ujar Choirul di hadapan peserta.

Ia menjelaskan, geosains tidak hanya dimanfaatkan untuk eksplorasi sumber daya, tetapi juga berperan dalam mitigasi bencana, konservasi lingkungan, dan analisis daya dukung wilayah. Melalui pendekatan ilmiah ini, kebijakan pembangunan dapat diarahkan agar selaras dengan prinsip keberlanjutan.
Dalam sesi materi, peserta diperkenalkan pada konsep ekoregion, yakni wilayah dengan karakteristik iklim, tanah, air, dan vegetasi alami yang serupa. Melalui pemetaan geosains dan data geospasial, para ahli dapat menentukan daya dukung serta daya tampung lingkungan secara akurat—langkah penting untuk memastikan kebijakan pembangunan tidak merusak keseimbangan ekosistem.
Choirul juga menguraikan tahapan inventarisasi lingkungan hidup, mulai dari pengumpulan dan pengelompokan data, analisis, pendokumentasian, hingga evaluasi. Data tersebut digunakan untuk menilai kondisi ekosistem dan menentukan arah kebijakan berbasis bukti ilmiah.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya perhitungan indeks keanekaragaman hayati yang melibatkan pemantauan satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P.106/2018 dan daftar IUCN Red List. Choirul menjelaskan bahwa konsep Important Bird Area (IBA) dan Key Biodiversity Area (KBA) dapat menjadi panduan bagi pemerintah maupun masyarakat dalam melindungi habitat satwa liar. Kawasan seperti gambut, mangrove, dan karst juga disebut memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan air, menyimpan karbon, serta menopang kehidupan manusia.

Sesi tanya jawab berlangsung aktif. Peserta banyak bertanya mengenai cara memulai pembelajaran data geospasial. Choirul menyarankan agar mahasiswa memahami dasar Sistem Informasi Geografis (SIG), teknik interpretasi peta, serta penggunaan perangkat lunak seperti QGIS dan ArcGIS sebelum melakukan analisis spasial lanjutan.
Sebagai bentuk apresiasi, pembicara memberikan hadiah kepada peserta yang paling aktif bertanya. Acara ditutup dengan penyerahan cenderamata dan sesi foto bersama seluruh peserta.
Kegiatan UIGS X STARBORN Mengajar 2025 menjadi ruang dialog antara akademisi dan praktisi dalam memperkuat pemahaman tentang peran geosains terhadap kebijakan lingkungan. Melalui inisiatif ini, FMIPA UI berupaya menumbuhkan generasi ilmuwan yang mampu menerjemahkan hasil riset menjadi solusi nyata bagi pengelolaan sumber daya alam di Indonesia.